KASHMIR-Manusia tanpa wajah. Itulah gelaran yang diberikan orang-orang kepada Mohammad Latif Khatana (32).
Lelaki asal Kashmir, India tidak boleh melihat, apalagi bekerja, kerana lipatan teruk pada wajahnya. Tak ada orang yang mahu melihat wajahnya.
Orang asing meludah di jalan saat Latif melintas, kerana jijik dengan wajahnya. Penderitaan Latif tak berhenti sampai situ. Apalagi, kini isterinya sedang hamil tujuh bulan.
Latif tinggal berpindah-pindah di sejumlah pergunungan dengan isterinya, Salima (25), antara lain di wilayah Tuli Bana, Jammu, dan Kashmir.
Ia melakukan perjalanan ke Srinagar selama empat bulan, untuk mengemis dan mencari wang. Latif dilahirkan dengan benjolan kecil di wajahnya. Benjolan itu terus berkembang dan membentuk lipatan besar di wajahnya, sehingga mustahil baginya untuk melihat.
"Ibu saya masih menangis ketika ia menatapku. Ia merasa bersalah begitu banyak, dan tidak dapat memahami mengapa anak lelaki bongsunya dikutuk," tutur Latif.
Latif adalah anak bongsu daripada enam bersaudara. Ia menjadi satu-satunya kanak-kanak di keluarganya yang mengalami penyakit aneh ini. Ia menjalani masa kanak-kanak dengan kesepian tanpa teman.
"Tak seorang pun ingin bermain dengan saya semasa kanak-kanak. Kanak-kanak di desa saya mengejek saya setiap hari. Saya kehilangan mata kiri ketika berumur lapan tahun, dan mereka biasa memanggil saya dengan sebutan si mata satu aneh," ungkap Latif.
Ketika beranjak dewasa, Latif tak berhenti berjuang untuk hidup. Ia punya mental yang kuat, tapi kerana buta dan buruk rupa, tidak ada orang yang mahu memberinya pekerjaan.
"Saya akan senang melakukan pekerjaan yang jujur, seperti lelaki normal yang bekerja untuk keluarganya. Itu akan membuat saya sangat bangga. Tapi, tak ada yang memberikan saya kesempatan, dan saya terpaksa harus mengemis, sehingga boleh memberi makan keluarga saya," ungkapnya.
Latif biasanya boleh mendapat wang sekitar 400 Rupee dalam satu hari mengemis, lengkap dengan air liur orang-orang yang meludahinya di jalan.
"Tiga gadis muda pernah berjalan melewati saya. Mereka meludah kaki saya dan lari sambil menutup mulut mereka dengan selendang. Saya sangat malu," kata Latif berkisah.
"Saya terkejut melihat betapa kejamnya mereka. Saya merasa sangat tertekan selama berhari-hari. Tapi, aku harus meneruskan hidup dengan itu," katanya.
Namun, Tuhan memang adil. Empat tahun lalu, Latif akhirnya bertemu cinta dalam hidupnya. Ibu bapa Latif sudah lama berusaha keras mencarikan ia isteri, tapi tidak ada gadis yang sudi menerimanya menjadi suami, sampai akhirnya Latif mendengar tentang Salima.
"Isteri saya hanya mempunyai satu kaki. Bertahun-tahun ia berjuang mencari suami. Segera setelah kami bertemu, kami tahu bahawa kami adalah jodoh. Kami berdua sama dalam hal tidak normal , kami sesuai!" kenang Latif.
Latif dan Salima berkahwin dalam upacara musim panas dengan tata cara tradisional Muslim. Mereka mengundang 400 tetamu, pada Ogos 2008 silam.
"Saya merasa sangat beruntung bertemu Salima, dia tepat untuk saya. Saya merasa sedikit normal sekarang. Saya punya isteri, sedikit lebih lengkap daripada hidup saya sebelumnya.
"Kami tidak mampu berjumpa doktor, kami terlalu miskin Dan tidak pernah ada doktor yang mengingatkan saya agar tidak memiliki anak.
Kakak Latif pernah menjual sejumlah tanah milik keluarga mereka, lapan tahun lalu, untuk membiayai rawatan Latif. Tapi, tak ada doktor yang sanggup menangani penderitaan Latif.
"Ada doktor yang mengatakan, bahawa keadaan saya yang sekarang ini diakibatkan gerhana matahari, ketika ibu saya sedang mengandung saya. Saya tidak tahu apakah harus mempercayai doktor itu atau tidak," papar Latif.
"Sekarang, semakin banyak pembuluh darah yang melalui lipatan di wajah saya, dan tindakan operasi akan terlalu berbahaya. Saya telah kehilangan semua harapan untuk mendapatkan bantuan. Ini adalah bagaimana saya akan terlihat selamanya," kata Latif.
No comments
Post a Comment